Penulis : Aulia Ahmad Rasyadi
Direktur Adminisrasi Institut Demokrasi (IDE)
Bambang Wuryanto atau yang lebih akrab dikenal dengan nama khas Bambang Pacul, politisi partai PDI Perjuangan yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua MPR Periode 2024 – 2029, setelah viral pada bulan Oktober 2023 pasca debat ketika dirinya masih menjabat sebagai Ketua Komisi III DPR RI pada rapat kerja dengan Kepala PPATK dan Prof. Mahfud MD selaku Menkopolhukam pada saat itu, sosoknya kini menjadi panutan dan idola bagi para anak muda khususnya para ‘korea – korea’ yang ingin melenting.
Istilah ‘korea-korea’ yang dicetuskan oleh Bambang Pacul selain menjadi Booming ditengah masyarakat juga membuka cakrawala berfikir dan semangat juang terkhusus bagi kaum muda dalam mengarungi samudra kehidupan dengan mentalitet yang tangguh.
Menurut Bambang Pacul dalam kultural jawa istilah ‘korea-korea’ sangat populer di masyarakaat. Konon, katanya istilah ini terkait dengan pasukan Jepang yang berasal dari Korea. Perawakan mereka tidak segagah tentara elit Jepang, namun militansinya sangat tinggi. Seperti yang kita ketahui, Korea juga merupakan bangsa jajahan Jepang ketika itu.
Namun secara kultural di Jawa, istilah ‘korea’ berkembang yang kemudian mengacu menjadi sebutan khas bagi orang yang berasal dari kelas menengah kebawah, yang mana kehendak subjektifnya sangat luar biasa untuk melenting ke atas. Mereka adalah orang-orang yang memiliki perjuangan luar biasa untuk keluar dari belenggu kemiskinan.
Karena berasal dari kelas menengah kebawah yang biasanya berada di jurang kemiskinan, maka seorang ‘korea’ menurut Bambang Pacul harus melenting. Mengapa melenting? Sebab, para ‘korea’ harus keluar dari jurang kemiskinan dengan lompatan yang eksponensial. ‘Korea’ bukan orang biasa, ia punya kehendak subjektif yang mampu meretas syarat-syarat objektif, alhasil mereka mampu untuk berprogres lebih cepat dari pada yang lain.
Meskipun berasal dari rakyat kecil dengan segala keterbatasan yang dimiliki, namun para ‘korea’ merupakan orang – orang yang berani dalam memiliki mimpi besar. Dan tak hanya sebatas angan, impian itu juga satu – persatu diwujudkan. Menurut Bambang Pacul sebagai seorang korea sejati hal yang harus selalu dipelihara adalah niat, Nawaitu mu yang harus selalu dibasuh sampai mengkilat. Inilah yang akan membentuk kehendak subjektif.
Bung karno dalam pernyataannya pernah berkata “Gantungkan cita-citamu setinggi langit, bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang.” Kutipan tersebut tentunya sudah tak asing lagi di telinga kita. apa yang diungkapkan oleh Bung Karno tentunya menegaskan satu poin penting bagi generasi Indonesia, terutama anak muda yang menjadi penerus perjalanan bangsa Indonesia, diharapkan untuk memiliki mimpi dan cita-cita yang besar yang ditempatkan setinggi langit.
Dan juga Bung Karno pernah berkata, “Jika kita mempunyai keinginan yang kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu-membahu mewujudkannya.” dari kutipan ini kita tentunya menyadari bagaimana harus selalu memelihara niat, Nawaitu mu yang harus selalu dibasuh sampai mengkilat sebagaimana yang disampaikan oleh Bambang Pacul, yang kemudian akan membentuk kehendak subjektif dan meretas syarat – syarat objektif untuk melenting ke lapisan sosial yang lebih tinggi.