Tulisan : Nur Iman Pemalang
Kalau diibaratkan duel tinju atau MMA , para capres adalah petarungnya. Sedangkan elit-elit partai pengusung dan timses ibarat official, manager dan pelatih. Penonton ibaratnya rakyat !
Nah dalam suatu pertandingan, tinju misalnya. Apakah penonton ikut bertarung? Tentu tak lazim. Apakah penonton elok bila ikut nimbrung di area official dan manager? Apalagi masuk ke ring, jelas penonton itu diusir.
Ada peran dan maqomnya masing-masing. Rakyat sebagai penonton jangan ikut bertarung, jangan terpancing dengan orkestrasi yang didesain oleh konsultan para capres, tim media atau buzzer-buzzer para capres.
Sampean suka Prabowo ya sudah, mendukung Ganjar ya wis, seneng Anis monggoh kerso. Coblos salah satunya di TPS, bila capres yang sampean sukai menang Alhamdulillah , kalah ye wis ben.
Toh cuma pilpres, sekedar milih presiden ! Tidak langsung berdampak dengan stabilitas ekonomi sampean sehari-hari. Masih lebih penting sampean mikirin cicilan leasing dan setoran BRI. Apalagi kalau rumah masih ngontrak atau kridit.
Kadang-kadang meskipun tidak semuanya, dapuran kita semrawut yang disalahkan negara dan bangsa Indonesia ini. Mungkin itu penyebab psycologis kita suka ribut-ribut urusan dukung-mendukung Bupati, Gubernur, copras dan capres.
Siapapun nanti yang Allah takdirkan menjadi presiden ye wislah. Rika apan guling-guling atau nangis gerung-gerung jika capresmu kalah, monggoh kerso. Itu bagus ! Siapa tau jadi konten YouTube atau tiktok dan viral.
Rakyat atau penonton jangan ikut bertarung ! jangan terpancing orkestrasi tim medsos para capres. Dan saya sebetulnya mengajak dan mengingatkan diri saya sendiri.
Kecuali sampeyan-sampean adalah mereka (para elit partai atau elit organ relawan dan tim pendonor capres). Harus serius ikut bertarung habis-habisan !!!
Sedangkan kita cuma rakyat kan luar..??