SELIS TIYANINGSIH
Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Teknologi Sumbawa
Dosen Pembimbing :
ANDI RUSNI, S.E., M.M
Kerajinan merupakan salah satu hal yang sering dilakukan oleh masyarakat. Kerajinan juga akan membuahkan hasil atau benda. Benda- benda tersebut tentu memiliki nilai-nilai tertentu. Saat ini hal-hal yang menyangkut kerajinan sangat banyak, tidak hanya sebagai pegisi waktu luang tetapi juga dapat di jadikan sebagai ladang bisnis. Melalui pemanfaatan sumber daya alam yang ada merupakan bentuk pemberdayaan berbasis potensi local yang sangat mendukung pengembangan masyarakat, adapun potensi lokal tersebut yaitu seperti dalam sektor pertanian seperti padi, jagung dll, sektor peternakan , sektor industry seperti anyaman, tenun, dan sektor jasa seperti laundry, tukang cukur dll. Pengelolaan sumber daya alam yang baik mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di desa Sebewe.
Kerajinan Tenun
Tenun merupakan salah satu produk tekstil tradisional Indonesia yang masih lestari dan berkembang dikalangan masyarakat desa Sebewe. Tenun ikat adalah seni membuat kain dengan cara menenun benang dan pembuatan motifnya dengan cara diikat dengan tali plastik menurut pola tertentu sebelum dicelupkan pada zat warna (Setiawan & Suwarningdyah, 2014).
Komposisi motif terwujud karena perbedaan warna benang,benang yang diikat tetap putih, sedangkan yang terbuka terwarnai oleh zat pewarna (Kartiwa, 2007). Sari (2014) juga menjelaskan bahwa tenun ikat adalah jenis tenun yang cara membuatnya dilakukan dengan mengikat bagian-bagian benang terlebih dahulu menurut pola/motif tertentu agar tidak terkena oleh warna celupan, sedangkan bagian-bagian yang tidak diikat berubah warna sesuai dengan warna yang dicelupkan, baru kemudian di tenun seperti biasa.
Ada tiga jenis tenun ikat yaitu 1). tenun ikat lungsi dimana bentuk ragam hias ikat pada kain tenunnya terdapat pada bagian benglungsinya. 2). Tenun ikat pakan dimana bentuk ragam hias ikat pada kain tenun terdapat pada bagian benang pakannya. 3). Tenun berganda atau double ikat yaitu bentuk ragam hias pada kain tenun dihasilkan dengan cara mengikat baik pada bagian benang pakannya maupun benang lungsinya (Kartiwa, 2007). Salah satu daerah penghasil kain tenun adalah desa Sebewe.
Dusun Senampar yang terletak di desa Sebewe, kecamatan Moyo Utara, kabupaten Sumbawa Besar. Di wilayah ini terdapat sentra industri tenun tradisional dan anyaman bambu. Pengerjaannya dilakukan apabila pengrajin sedang tidak bertani atau beternak. Kegiatan menenun atau istilah sumbawanya disebut dengan menyesek umumnya dilakukan oleh kaum hawa sedangkan anyaman bambu mayoritas dikerjakan oleh kaum pria, tetapi juga terdapat kaum hawa.
Salah satu kerajinan tenun di dusun Senampar desa Sebewe adalah kain songket Kere Alang, yang dimana kere Alang mengalami masa pasang surut perkembangan yang cukup dinamis. Salah satu pendorong kebangkitannya pada tiga dasawarsa terakhir adalah kegiatan upacara adat yang mengharuskan para peserta menggunakan pakaian adat, sementara tidak semua masyarakat Sumbawa pada masa itu memilikinya. Salah satu faktor pendorong naiknya tren produksi Kere Alang pada desa tersebut kurang lebih berdasar pada faktor-faktor dari penenun yang dibuat pada saat maraknya kain tenun khususnya Kere Alang yang tidak sesuai standar mutu dan estetika khas Kere Alang Sumbawa.
Dibandingkan dengan dua sentra sebelumnya yakni Desa Poto dan Desa Moyo Mekar, Dusun Senampar yang terletak di Desa Sebewe Kecamatan Moyo Utara tergolong belakangan dalam pengembangan kerajinan khususnya kain songket Kere Alang. Dikutip dari Kusumastuti (2016) keberadaan para perajin tenun di Dusun Senampar dimulai setelah diadakannya berbagai menenun oleh pemerintah pada sekitar tahun 1974 terhadap beberapa desa seperti Simu, Poto, Alas, dan Alas Barat. melihat upaya pelestarian tersebut, masyarakat Dusun Senampar tergerak untuk ikut belajar menenun. Pada saat itu, masyarakat Dusun Senampar belum memiliki keahlian untuk menenun kain songket. Keahlian menenun atau nesek didapatkan dari para penenun di Desa Poto yang bersebelahan dengan Desa Sebewe. Mereka kemudian belajar secara bertahap mulai dari proses menghani benang sampai dengan cara membuat motif hingga menjadi sebuah kain utuh.
Dengan keahlian yang telah diperoleh, Dusun Senampar akhirnya diperhitungkan sebagai salah satu daerah penghasil tenun. Namun dalam perkembangannya, jumlah perajin tenun di Dusun Senampar sempat mengalami penurunan drastis. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti yang dijelaskan oleh Kusumastuti, yaitu: 1) pilihan pekerjaan. Bagi sebagian besar penenun di masa itu, bertani merupakan pekerjaan pokok sedangkan menenun hanyalah pekerjaan sampingan. 2) durasi pembuatan. Proses pembuatan kain tenun dari memintal kapas hingga menjadi benang juga memakan waktu yang cukup lama hingga satu bulan. 3) harga bahan pokok yakni kapas yang mahal. 4) mengurangi minat generasi muda untuk meningkatkan keterampilan menenun tersebut.
Sekarang, seiring dengan tren promosi budaya dan pariwisata, termasuk salah satu penggunaan kain tenun sebagai pembangkit minat masyarakat di Dusun Senampar untuk kembali menenun. Hal ini ditunjang pula oleh kebijakan pemerintah daerah dalam bentuk berbagai acara budaya dan pariwisata yang melibatkan penggunaan kain tenun. Bahkan, menurut Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, sebagaimana dituturkan kepada Tim saat survei pada 14 Juni 2019, Bupati Sumbawa secara khusus memerintahkan kepada pejabat pejabat struktural untuk mengikuti peragaan busana menggunakan kain songket Kere Alang.
Kegiatan-kegiatan semacam ini, baik yang digagas oleh pemerintah maupun swasta melahirkan pasar yang cukup tinggi akan kain tenun Sumbawa. Ini menjadi salah satu faktor yang membangkitkan semangat menenun pada sebagian besar masyarakat Dusun Senampar sehingga dapat meningkatkan potensi desa dan juga dapat meningkatkan UMKM. Selain itu, terdapat banyak manfaat menenun yang diantaranya sebagai pakaian sehari-hari, sebagai pakaian adat, pelengkap ritual, untuk alat tukar sebelum ada uang, mas kawin dalam pernikahan, dan media pengobatan
Kesimpulan
Kain tenun tradisional dusun Senampar desa Sebewe merupakan suatu tradisi masyarakat lokal yang mengambarkan kehidupan masyarakat serta dijadikan sebagai nilai Kearifan lokal yang dimaknai sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.
Para pengerajin tenun tradisional Dusun Senampar Desa Sebewe harus terus mempertahan kualitas menenun kita sehingga dapat dilestarikan oleh para generasi muda mendatang.