oleh Rivaldi Ihsan
Beberapa pekan lalu, tulisan saya tentang etnomusikologi terbit pada salah satu media online. Dengan tema manajemen/tata kelola seni tradisional pada kelompok musik OMPS yang berada di Kota Batam. Terlintas sejenak dibenak saya, pada Komunitas Seni Nan Tumpah biasa disingkat KSNT yang berada Perumahan Bumi Kasai Permai Jalan Kalimantan Dalam Blok AA No. 31, Korong Kasai, Nagari Kasang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat. KSNT ini merupakan suatu komunitas seni yang menganut sistem manajemen seni modern fokus utamanya pada seni teater, serta seni-seni lainnya; seperti seni musik, seni tari, seni sastra, dan tak lupa literasi seni dan budaya.
Singkatnya, KSNT berdiri sejak tahun 2010 yang didirikan oleh beberapa orang seniman teater yang berasal dari Sumatera Barat. Salah satu seniman yang memprakarsai komunitas seni itu, bernama Mahatma Muhammad dengan sapaan Mahatma yang merupakan seorang sutradara, penulis naskah lakon, puisi, dan esai berasal dari Sumatera Barat. Namanya cukup familiar dan diperhitungkan di kalangan seniman-seniman nasional terutama di bidang seni teater. Ia lulusan S1 seni teater ISI Yogyakarta dan alumni S2 pascasarjana ISI Padangpanjang dengan minat penciptaan seni teater. Pada tulisan kali ini, saya ingin mengulas bagaimana prinsip-prinsip kerja manajemen seni modern pada KSNT, dan apa capaian dari manajemen seni modern KSNT itu.
Sebelum tulisan ini lebih jauh lagi berbicara prinsip-prinsip manajemen modern KSNT. Saya ingin bercerita sedikit ketika berpartisipasi mengamati proses latihan, serta menonton secara langsung pada event Silek Art Festival Sumatera Barat. Pada tahun 2018 di gedung teater arena ISI Padang Panjang. Ada pun judul pertunjukan teater KSNT pada waktu itu “alam takambang jadi batu”.
Ketika saya mengamati proses latihan dan proses pertunjukan KSNT. Saya menyimpulkan beberapa pembelajaran prinsip-prinsip utama dalam mengelola manajemen seni modern versi KSNT. Hal ini terbukti dalam jangka waktu sembilan tahun eksistensi KSNT masih bertahan serta berkesinambungan dan patut diperhitungkan hingga saat ini, di dunia seni pertunjukan teater Sumatera Barat dan nasional. Pembuktian itu juga dibuktikan banyak dari generasi muda Sumatera Barat tingkat SMA hingga mahasiswa berminat untuk bergabung menjadi bagian dari anggota KSNT.
Ada pun prinsip-prinsip manajemen modern KSNT itu meliputi stuktur organisasi terdiri dari direktur, sekretaris, manajer produksi dan bendahara, manajer dokumentasi, serta manajer kerumah tanggaan. Pembentukan struktur itu dilakukan melalui kesepakatan sesama anggota KSNT melalui musyawarah besar pada setiap akhir tahun seperti melakukan serah terima jabatan, berdiskusi program kerja, dan evaluasi kinerja di dalam tubuh KSNT. Selain itu, KSNT juga telah terdaftar di badan hukum resmi sebagai penunjang legitimasi dari pemerintah setempat, sehingga KSNT memiliki perlindungan badan hukum resmi. Serta memudahkan perjalanan KSNT untuk mendapatkan modal yang lebih besar dari pihak sponsor swasta maupun pemerintahan. Semua itu terwujud tentunya tidak terlepas dari para pendiri KSNT terdahulu, yang memiliki integritas tinggi pada perkembangan dunia seni teater Sumatera Barat.
Ada pun program-program kerja KSNT jangka pendek sebagai berikut Nan Tumpah Akhir Pekan (NTAP) yang dilaksanakan pada hari sabtu dan minggu terbuka untuk umum seperti diskusi seni budaya, menonton film, dan bedah buku/bedah karya seni. Lalu program Ke Rumah Nan Tumpah (KRNT) yang dilaksanakan empat bulan sekali yang melibatkan masyarakat setempat di area basecamp KSNT. Bentuk kegiatannya berupa pertunjukan seni tradisi Minangkabau randai, indang, lokakarya, dan literasi seni dan budaya. Pada program ini lebih diprioritaskan kepada anak-anak, remaja, dan dewasa.
Sementara, untuk program jangka panjang seperti yang menjadi program unggulan KSNT adalah Nan Tumpah Masuk Sekolah (NTMS) yang diselenggarakan sejak tahun 2011 melibat seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) Sumatera Barat. Pada program kerja ini KSNT mengajak generasi muda untuk apresiasi dan partisipasi seni pertunjukan teater yang dihadirkan oleh KSNT bisa pada ruang publik terbuka atau di gedung pertunjukan seni yang berada di Sumatera Barat. Lalu ada program Pekan Nan Tumpah (PTN) Program ini merupakan festival seni sekali dalam dua tahun selama sepekan yang diadakan pertengahan tahun di Taman Budaya Sumatera Barat. Festival ini melibatkan semua kalangan seniman baik dari seni pertunjukan dan seni rupa yang berada di Sumatara Barat. Keunggulan festival ini ialah, tata kelola penonton menjadi pusat perhatian KSNT. Di mana penonton diwajibkan budaya membeli tiket, sebagai wujud apresiasi dan penghargaan penonton terhadap para seniman yang melakukan proses latihan jangka panjang, hingga menghasilkan karya seni yang berkualitas yang dipentaskan pada event PTN.
Selain program kerja, ada satu moto utama KSNT yang menurut saya menarik sekali untuk diperhatikan, yaitu “Saraso Sasuaro” yang berarti satu rasa memiliki komunitas dan satu suara dalam menjalankan komunitas. Maksudnya ialah dalam menjalankan suatu komunitas seni itu harus memiliki rasa kepemilikan, kebersamaan, serta sejalan dengan komitmen yang telah disepakati oleh seluruh anggota KSNT. Tujuannya tak lain ialah untuk mewujudkan suasana solidaritas, kebersamaan kekeluargaan di antara sesama anggota KSNT “ujar Mahatma”.
Pembentukan manajemen seni modern KSNT tentunya melalui tahapan-tahapan proses komitmen, kerja keras, konsistensi, berproses, serta setiap individu diwajibkan menciptakan karya seni secara bergantian begitu seterusnya. Tentunya hasil dari karya seni para anggota menjadi tolak ukur keberhasilan KSNT. Komitmen; setiap anggota KSNT memiliki perjanjian kontrak kesepakatan pada awal pertemuan saat perekrutan keanggotaan. Bahwa, KSNT mempunyai jadwal latihan rutin dan jadwal pementasan yang harus mempertanggungjawabkan oleh seluruh individu anggota KSNT. Kerja keras meliputi dari dalam diri setiap individu wajib berlatih memperdalam keaktoran, penulisan naskah, dan artistik panggung pertunjukan di luar jadwal latihan KSNT. Konsisten ialah disiplin tepat waktu pada saat latihan maupun pada saat pertunjukan. Proses/latihan dilakukan secara bersama-sama saling mengisi berdiskusi menyesuaikan fokus minat dalam diri setiap anggota sesuai dengan kebutuhan pertunjukan KSNT. Setiap para anggota KSNT juga diwajibkan untuk menciptakan suatu karya seni, bisa saja berupa naskah, puisi, musik, dan sebagainya.
Dari pemaparan di atas, terlihat jelas perbedaan di antara manajemen seni tradisional dan manajemen seni modern. Perbedaan itu terletak pada profesionalitas struktur organisasi resmi berbadan hukum, keanggotan tetap, jadwal proses latihan juga telah ditentukan, dan pementasan telah diatur oleh manajer produksi dan bendahara. Sementara untuk manajemen seni tradisional jadwal latihan tetap. Namun, masih bisa fleksibel sewaktu-waktu dapat berubah jadwalnya sesuai kesepakatan anggota, dan pemilik sanggar/komunitas dengan yang punya hajat pertunjukan seni.
Keanggotaan/personil biasanya masih ada hubungan kekeluargaan, keanggotaan juga tidak tetap dapat mengalami pergantian silih berganti anggota, bisa saja keluar dan masuk atau kembali sesuai kebutuhan pertunjukkan. Para anggota bisa saja main copot sana sini, dan kecenderungan sanggar mencari job saja yang terfokus pada seremonial hiburan semata untuk menghasilkan pundi-pundi uang. Biasanya yang mengatur sistem keuangan masih terkait erat hubungan kekeluargaan dengan pemilik sanggar. Keuntungan bagi pemilik sanggar lebih besar dari pada para anggotanya. Tentunya, lebih menekankan pada konsep artistik dari pada konsep ide karya seni. Selebihnya lebih juga menekankan pada azas intuisi kekeluargaan dari pada profesionalisme pada praktek berkesenian. (Foto: Robby Ardian Putra)