oleh Rivaldi Ihsan
Perkembangan ekosistem musik di Kota Batam sungguh monoton tidak ada perubahan dari tahun ke tahun hanya menjadi sekedar hiburan semata bagi warga lokal, pekerja, dan pelancong yang datang ke Kota Batam. Ini menunjukkan bahwa musik masih bersifat pilihan sekunder bagi warga setempat, maka tak jarang musisi datang dan pergi silih berganti hanya bermusik di coffee shop dan tempat-tempat hiburan malam lainnya.
Bila ditelisik musisi-musisi tersebut memiliki beragam ciptaan lagu baik solo atau pun kelompok musik. Mereka pun menggunakan beragam cara digunakan agar menjadi populer melalui akun media sosial agar memiliki penghasilan dari bermusik, namun apalah daya takdir berkata lain. Para pemusik itu pun tak menjadi artis musik papan atas, namun menjadi musisi kafe yang ceria dibayarkan satu kali pertunjukan musik seratus ribu, sampai seratus lima puluh ribu rupiah untuk keberlangsungannya.
Bisa jadi lagu-lagu ciptaan tersebut kurang merakyat di telinga masyarakat Batam dan Indonesia. Pada akhirnya para musisi mencari pekerjaan tetap untuk memenuhi kebutuhan primer demi keberlangsungan kebutuhan hidup sehari-harinya. Sistem ini sudah terpola sejak lama dalam dunia permusik Kota Batam, hal ini lumrah bagi seorang musisi sebab ada yang lebih penting dari sekedar pertunjukan musik di atas panggung yang terkadang ada panggilan dan juga terkadang tidak ada panggilan.
Begitulah nasib pemusik hanya menjadi hiburan semata bagi manusia, sebab ada kebutuhan yang lebih mendesak selain bermusik, yaitu bagaiman kebutuhan ekonomi sehari-hari harus terpenuhi agar perut anak, istri tetap terisi dan tenang ketika berada di rumah. Saya sering bertemu dengan kawan musisi di Kota Batam, hampir semua musisi itu memiliki pekerjaan tetap seperti pegawai pemerintahan, swasta, dan berbisnis, sementara profesi musik hanya sebagai pekerjaan sampingan penyaluran hobi.
Padahal Batam bisa saja menjadi tuan rumah bagi musisi lokal, nasional, dan internasional untuk skala konser musik megah. Kita ketahui bersama ragam konser musik nasional maupun internasional sering sekali diadakan dan ditonton oleh masyarakat Batam dalam setiap tahunnya. Seperti Asian Jazz, Batam Jazz dan Fashion, dan sebagainya. Konser-konser musik yang diadakan di Kota Batam menunjukkan tidak tertinggal jauh dari kota-kota besar yang mengadakan konser musik skala nasional maupun internasional. Pertanyaannya sampai kapan Batam menjadi tuan rumah kepada musisi nasional dan internasional, sementara musisi lokalnya jarang mendapat ruang ekpresi ke nasional dan internasional.
Sementara itu, kita sering menemukan musisi lokal yang berkompeten di bidangnya masing-masing tapi tak populer di nasional maupun internasional. Nampaknya perlu strategi jitu dalam menghidupkan ekosistem musik di Kota Batam agar para musisi dapat sejahtera dikehidupan sosial sehari-harinya. Ekosistem musik ini dapat hidup bila memiliki kesadaran dan kerjasama dari berbagai pihak baik dari perorangan, pemerintah, komunitas, dan sebagainya. Tentu ekosistem ini akan berkembang jika memiliki kriteria.
Pertama, kesadaran akan potensi dan Keanekaragaman musik. Batam memiliki populasi yang heterogen dengan latar budaya beragam. Aneka keberagaman musik ini sebaiknya menjadi fondasi kuat untuk terciptanya karya musik yang unik dan inovatif. Contoh musik etnis Melayu Pesisir merupakan warisan budaya lokal, dapat terintegrasi dengan genre-genre modern dalam menciptakan identitas musik khas Batam. Namun, kurangnya perhatian terhadap pelestarian dan pengembangan musik etnis ini membuat potensi ini belum tergarap secara maksimal. Di sinilah peran pemerintah membuka ruang-ruang workshop, loka karya berkesinambungan mengundang sumber daya manusia yang ahli dibidang musik, bukan sekedar seremoni formalitas semata menggurkan kewajiban.
Kedua, minimnya infrastruktur dan dukungan kepada pemusik. Jika ada itu pun hanya pemusik yang memiliki jaringan dengan pemerintah daerah setempat, sementara itu masih banyak musisi-musisi lokal yang tidak memiliki jaringan dengan pemerintah setempat. Ruang-ruang kreatif seperti studio rekaman, tempat konser, dan pusat pelatihan musik masih sangat terbatas. Selain itu, dukungan pemerintah daerah terhadap industri musik juga masih kurang optimal. Tidak banyak program atau kebijakan yang secara khusus bertujuan untuk mendorong pertumbuhan pengetahuan musisi lokal maupun kegiatan seni musik. Hal ini disebabkan tidak adanya sumber daya manusia yang ahli di bidang musik lulusan musik yang bekerja di dinas terkait, kalau pun ada masih dapat dihitung dengan jari.
Ketiga, kurangnya kesadaran dan apresiasi lokal, warga Batam cenderung lebih terfokus pada bidang ekonomi industri jika dibandingkan dengan bidang seni musik. Hal ini berdampak pada rendahnya apresiasi terhadap karya-karya musisi lokal. Banyak warga yang lebih memilih musik dari luar daerah atau luar negeri, sehingga musisi lokal kesulitan mendapatkan panggung untuk menunjukkan potensi mereka. Kurangnya kesadaran akan pentingnya seni dan budaya dalam membangun identitas Kota Batam juga menjadi penghambat besar. Oleh karena itu dibutuhkan ruang-ruang publik organisasi seni yang dapat menampung aspirasi masyarakat seni Batam seperti dewan kesenian kota Batam turut adil memberi pengetahuan musik bagi warga Batam.
Strategi upaya yang dapat dilakukan untuk menggairahkan ekosistem musik Batam ialah; kerjasama berbagai pihak perlu dilakukan agar bersinergi dalam membangun ekosistem musik yang lebih baik di Kota Batam. Pemerintah dapat memainkan peran penting dengan menyediakan fasilitas dan infrastruktur yang memadai, seperti ruang konser, studio rekaman, dan pelatihan musik yang melibatkan anggota dewan kesenian Batam sebagai fasilitator melakukan rapat bersama berserta perwakilan seluruh musisi yang ada di Batam. Mengingat kembali bahwa pemerintah Indonesia mendukung seni terutama musik melalui undang-undang pemanjuan kebudayaan tahun 2017.
Selain itu, program-program untuk mempromosikan musik lokal yang terkonsep ialah melalui branding diri yang diciptakan oleh musisi ataupun kelompok musik itu dengan ciri khasnya masing-masing agar populer dikalangan warga Batam. Di tambah lagi dukungan ruang ekspresi musik merangkul seluruh musisi etnis dan modern yang ada di Batam bukan hanya musisi yang dikenal saja melalui festival bulanan, tahunan dapat membantu meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap musik lokal. Di sisi lain, musisi lokal perlu lebih proaktif dalam mengeksplorasi identitas musiknya melalui pemanfaatan platform digital untuk mempromosikan karya-karya musik masing-masing.