Sumbawa, Siasat ID – SSR PKBI Kabupaten Sumbawa sukses menggelar rapat koordinasi komunitas tingkat kabupaten di Aula Kantor Bappeda Kabupaten Sumbawa pada Rabu (7/2/2023). Hadir dalam kegiatan tersebut yaitu perwakilan dari SSR, Bappeda Kabupaten Sumbawa, Dinas Kesehatan Sumbawa, Puskesmas, Koordinator kader, RSUD Sumbawa, RS. H.L Manambai Abdul Kadir dan perwakilan kader Komunitas.
Berdasarkan Laporan Global TB Report 2023, Indonesia menduduki peringkat kedua beban TBC setelah India. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan tahun 2023, angka penemuan kasus baru sebesar 682.170 (64%) dari target 90%, namun demikian masih ada sekitar 36% dari 1.060.000 kasus TBC yang belum ternotifikasi baik yang belum terjangkau, belum terdeteksi maupun belum terlaporkan. Jumlah kasus TBC yang belum ditemukan tersebut akan menjadi sumber penularan TBC di masyarakat.
Dalam menjalankan program eliminasi TBC melalui grant Global Fund periode Grant Cycle 7, PKBI Cabang Sumbawa sebagai SSR Komunitas perpanjangan tangan dari STPI Penabulu mendukung dan memberikan kontribusi pada Pertama, penemuan kasus secara aktif dan pendampingan pasien TBC sejak ternotifikasi dengan pendekatan people-centered baik untuk TBC SO maupun TBC RO. Kedua, meningkatkan capaian pencegahan TBC melalui edukasi dan dukungan penerimaan kontak serumah terhadap Terapi Pencegahan TBC (TPT) dan memperluas praktik Pencegahan & Pengendalian Infeksi di fasilitas non-kesehatan (Congregate Settings). Kegiatan penemuan kasus melalui Investigasi Kontak sejalan dengan fokus program yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan. Selain itu, Konsorsium Penabulu-STPI juga akan melakukan kegiatan community outreach serta pelacakan pada orang dengan TBC yang mangkir/ Loss to Follow up (LTFU) sebagai salah satu usahanya dalam melakukan pencarian kasus TBC secara aktif di masyarakat. Selama implementasi dana Hibah Global Fund, pembelajaran penting yang didapat ialah perlu peningkatan kualitas koordinasi dan kerjasama antara Puskesmas, dan Dinas Kesehatan level Kab/Kota, komunitas dan pemangku kepentingan.
Intervensi TBC RO komunitas juga dilakukan melalui penguatan strategi Community DR-TB New Model dengan pendampingan dan pemberian enabler sejak pasien TBC RO terdiagnosis di seluruh faskes yang berlokasi di wilayah kerja komunitas seiring dengan rencana inisiasi pengobatan TBC RO di Puskesmas yang sedang diperluas oleh Kemenkes RI secara bertahap, termasuk pelacakan pasien yang berpotensi iLTFU dan LTFU oleh Patient Suporter dan pelacakan pasien iLTFU Tahun 2023 oleh OPT (TB Army) selama Januari – Juni 2024.
Selain itu, perluasan dan akselerasi sasaran enabler bulan ke-0 serta akselerasi enabler on-treatment juga perlu dipantau untuk perbaikan berkelanjutan. Dengan demikian, pengelolaan dan pemantauan implementasi program TBC RO komunitas di tingkat kabupaten/kota perlu diperkuat dengan dukungan Tim SSR/IU dengan kolaborasi efektif bersama dinas kesehatan dan fasyankes setempat.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan program baik investigasi kontak maupun penemuan kasus baru di tengah masyarakat melalui community outreach dan untuk menekan angka pasien mangkir, maka diperlukan pertemuan koordinasi dengan melibatkan dinas kesehatan/wasor kab/kota, puskesmas, dan Koordinator kader agar tercapainya peningkatan kolaborasi dan kerjasama dalam pelaksanaan program.
Syarif, Kabid P3PL Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa mengatakan, capaian SPM TB Tahun 2023, kasus terduga TB tentunya jika dilihat jadi jumlah pencapaian sejak tahun 2021 mengalami peningkatan.
“Karena di tahun 2021 itu kita bisa mencapai 25% kemudian di tahun 2022 kita mencapai 71% dan di tahun 2023 kita mencapai 91%., artinya terjadi peningkatan jumlah selama tiga tahum terakhir,” ucap Syarif.
Ia juga mengatakan, peran kader komunitas juga sangat membantu, karena adanya program TB petugas di puskesmas cuma satu orang, untuk mengendalikan wilayah satu kecamatan itu sangat luas, karena kader yang ada di wilayah kecamatan itu ada yang dua, tiga kader.
“Itu sangat membantu, yang terpenting adalah koordinasi antara petugas puskesmas pemegang program dengan kader harus sangat kuat mensuport target yang kita harapkan,” jelasnya.
Lebih lanjut, di tahun 2024 itu program yang harus dimaksimalkan adalah pemberian terapi pencegahan Tuberkulosis.
“Jadi strategi kita Pertama, penguatan terapi pencegahan TBC, orang-orang yang berada disekitar lingkungan atau orang-orang mendapatkan pengobatan itu harapannya mereka juga mendapatkan pengobatan selama enam bulan. Kedua, melakukan investigasi kontak atau melakukan pemeriksaan kepada orang-orang sekitar agar lebih cepat kita mendeteksi penderita TBC. Di tahun 2023 sudah mencapai 91%, kedepan pemerintah mentargetkan 100% ,” tutupnya. (Ham)