Rivaldi Ihsan, Ethnomusicologist dan dosen di Universitas Teknologi Sumbawa.
Suatu pertunjukan seni tentunya mempunyai struktur bagian-bagian yang membangunnya, sehingga menjadi satu kesatuan pertunjukan seni yang utuh. Keutuhan itu disusun melalui jalinan bagian-bagian pola yang dilaksanakan secara repetitif oleh pelaku seni dan masyarakat pendukung seni dalam kehidupan sehari-hari. Baiklah, pada tulisan kali ini saya ingin membahas struktur pertunjukan musik pada kelompok musik Orkes Melayu Pancaran Senja/OMPS kampung Melayu Batu Besar Nongsa Batam.
Struktur pertunjukan musik OMPS terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian pertama ialah persiapan, bagian kedua ialah pertunjukan, dan ketiga ialah aftermath atau kegiatan setelah pertunjukan usai (Schechner dalam Asril, 2016: 155). Persiapan itu meliputi dari kesiapan pemusik untuk mempersiapkan diri untuk latihan musik secara rutin di Kampung Melayu Batu Besar Nongsa. Begitu juga dengan penonton mempersiapkan diri untuk menyaksikan pertunjukan musik OMPS di Pantai Melayu. Pertunjukan merupakan suatu momen peristiwa pemusik OMPS sedang melakukan pementasan, sementara penonton menyaksikan serta menjadi bagian partisipan selama di pantai Melayu Batu Besar. Aftermath juga meliputi kegiatan istirahat pemusik OMPS setelah usai pertunjukan, seperti obrolan evaluasi permainan musik dan sebagainya.
- Persiapan
Persiapan OMPS meliputi latihan rutin pada hari Selasa malam dan Jumat malam, setelah solat Isya bertempat di teras rumah Rahman. Sebelum latihan musik biasanya pemusik berkumpul berdiskusi bersama bisa bercerita tentang kehidupan keluarga, sosial, atau mengenai rutinitas pekerjaan masing-masing. Diskusi itu, bersifat santai saling bertanya dan menjawab di antara pemusik satu dengan pemusik lainnya. Efek dari diskusi ini, mempererat hubungan emosional yang semakin dekat, terbuka, saling pengertian. Maka terciptalah suasana hubungan kekeluargaan sesama pemusik OMPS.
Pada latihan pemusik OMPS dilaksanakan sesuai dengan porsi keahlian masing-masing dari tiap pemusik. Namun, terkadang pemusik bisa juga secara bergantian memainkan instrumen musik Melayu itu. Ada pun pemusik OMPS itu, terdiri dari Zulkarnain sebagai pemain akordion, Rahman sebagai pemain viul (biola atau violin) Rosna sebagai penyanyi, Anwar sebagai pemain gendang bebano atau rebana, Adlin sebagai pemain gitar bass, dan Naim sebagai pemain gitar elektrik akustik.
Ketika pemusik OMPS sudah berkumpul, maka pemusik memiliki kesadaran masing-masing untuk mempersiapkan instrumen musik beserta pengeras suaranya yang sudah disediakan di teras rumah Rahman. Setelah semua instrumen musik gendang bebano, akordion, violin, gitar akustik, dan gitar bass di tata sesuai dengan kebutuhan pemusik OMPS. Maka, Rahman pada posisi viul akan memberi kode kepada pemusik lainnya untuk bermain musik introduksi bernuansa musikal Melayu terlebih dahulu sebagai pembukaan. Biasanya OMPS berlatih lagu atau pantun Melayu yang sering dibawakan pada saat pertunjukan musik di Pantai Melayu. Seperti; Siti Payung, Pengasuh Cantik, Jangan Berharap, Damak, Sri Mersing, Pulau Kampai, Pucuk Pisang, Serampang Laut, Burung Nuri, Tanjung Katung, dan Bujang Telajak.
Ada pun alur latihan OMPS setelah usai satu lagu atau pantun yang dibawakan. Maka, dilanjutkan dengan lagu berikutnya sesuai kesepakatan para pemusik dan seorang penyanyi lagu atau pantun apa yang dihafalnya. Fungsi dari latihan ini, untuk mengetahui kapan harus masuk dan kapan harus berhenti bernyanyi. Serta, mencari nada dasar sang penyanyi, dan menyamkan rasa musikal pemusik OMPS, agar sajian musik terdengar indah dan nikmat ketika di dengar oleh para penonton. Kelompok musik OMPS juga menyadari semakin sering berlatih, maka permainan musik semakin kompak, rapi, serta nikmat untuk di dengar oleh pemusik ataupun penonton.
- Pertunjukan
Pertunjukan musik Orkes Melayu Pancaran Senja rutin dilaksanakan pada hari Minggu pukul 10.00 pagi hingga pukul 17.00 sore hari di Pantai Melayu Batu Besar Nongsa. Biasanya persiapan yang dilakukan sebelum pertunjukan, bergotong royong sesama pemusik membawa sound system, serta perlengkapan alat musik yang ada rumah Rahman menuju panggung pertunjukan musik di Pantai Melayu. Setelah itu, dilakukan pengecekan sound, pengesetan alat musik sesuai formasi masing-masing.
Sembari cek sound, Anwar seorang pembawa acara sekaligus seorang penyanyi memberi kata pembukaan selamat datang kepada para pengunjung Pantai Melayu. Ketika pembukaan telah usai dilaksanakan Anwar, maka introduksi musikal rasa Melayu siap untuk dimainkan oleh OMPS sebagai tanda siap untuk bermusik. Permainan ini, biasanya bersifat improvisasi Anwar seorang pemberi kode kepada para pemusik OMPS lainnya kapan memainkan rentak langgam, mak inang, zapin, dan joget, serta kapan berakhirnya permainan rentak tersebut. Dari segi pertunjukan musik OMPS bersifat terbuka, longgar, santai, menikmati setiap permainan musiknya. Hal ini dapat dilihat dari respons penonton mengapresiasi serta berpartisipasi pertunjukan musik OMPS.
Pada bagian awal pertunjukan musik, biasanya OMPS memainkan lagu-lagu rentak mak inang atau bertempo sedang sesekali juga memainkan rentak langgam. Suasana pertunjukan masih terlihat dalam keadaan tenang, namun anggota tubuh pemusik seperti kepala, badan, kaki sudah mulai bergerak-gerak kecil. Sementara penonton masih dalam keadaan duduk santai pada tempat duduk yang berada di depan panggung pertunjukan, sembari bernyanyi kecil untuk dirinya seorang mengikuti lagu-lagu rentak mak inang yang sedang dimainkan Orkes Melayu Pancaran Senja. Begitu juga tubuh penonton telah mengalami musikal dengan menciptakan gerak-gerik kecil seperti kepala, badan, tangan, kaki pada saat duduk mendengar musik rentak inang OMPS.
Pada bagian kedua, suasana semakin ramai, tempo permainan sudah mulai cepat sebab OMPS mulai memainkan rentak joget terus menerus, sehingga penonton partisipatif, bersemangat, dan berantusias. Dan tidak lupa canda tawaan baik dari pemusik atau dari penonton memberi hiburan tersendiri, sembari ingin berjoget bersama di depan panggung pertunjukan OMPS. Pada awalnya penonton duduk santai menyaksikan pertunjukan OMPS, namun seketika mulai berjalan berlahan-lahan ke depan panggung pertunjukan. Terkadang penonton tanpa diajak sang penyanyi langsung saja berjoget berpasang-pasangan gembira ria. Sesekali penyanyi juga menyerukan kepada penonton mari berjoget bersama di atas panggung pertunjukan ini. Tentunya rentak joget yang bertempo rancak itu memberikan daya hidup dan daya semangat yang dapat menghilangkan batas-batas sosial antara pemusik dan penonton sehingga melebur menjadi satu mengalami sublimasi.
- Aftermath
Aftermath merupakan suatu aktivitas yang dilaksanakan setelah usai pertunjukan musik OMPS. Pada bagian ketiga ini, kegiatan seperti mengembalikan instrumen musik, sound system atau pengeras suara pada tempat semula penyimpanan yang berada di rumah Rahman. Kesadaran pemusik OMPS untuk mengembalikan instrumen merupakan wujud dari rasa memiliki terhadap kelompok musik itu. Selain itu, rasa saling memiliki terhadap instrumen musik OMPS juga diperlihatkan dari cara memainkan, berhati-hati, serta ikut merawat instrumen musik seperti membersihkan kotoran debu atau karatan yang ada pada instrumen musik. Dengan adanya rasa saling memiliki di antara sesama pemusik OMPS, maka terwujud rasa kebersamaan, rasa solidaritas, rasa pengertian, rasa kekeluargaan pada kelompok musik OMPS.
Berakhirnya aktivitas pengembalian instrumen dikerjakan secara bergotong royong secara bersama-sama. Maka, berlanjut dengan diskusi di antara para pemusik sekaligus evaluasi sejenak selama pertunjukan tadi di teras rumah Rahman. Diskusi terbuka OMPS meliputi membahas permasalahan kostum, permasalahan aransemen permainan musikal Melayu, serta alur lagu atau pantun apa saja mengalami kelemahan dan kekurangan selama pertunjukan OMPS berlangsung di Pantai Melayu.
Tujuan diskusi evaluasi OMPS untuk menciptakan aransemen musik rentak dan lagu ataupun pantun menjadi lebih terasa nuansa melayu pesisir, agar dapat diterima di kalangan penonton atau pengunjung Pantai Melayu. Hal ini dapat dilihat dari peristiwa rentak joget saat penonton merespons aransemen permainan rentak joget OMPS berantusias dengan cara berjoget lambak atau berjoget ramai berpasang-pasangan.
Diskusi OMPS juga terbuka di antara sesama pemusik, mereka saling mengkritisi, serta memberi saran demi kemajuan Kelompok musik OMPS. Biasanya diskusi evaluasi meliputi permasalahan teknis musik seperti tempo, harmonisasi permainan viul, akordion, serta aransemen lagu atau pantun sesuai dengan pengalaman musikal tiap individu yang disepakati oleh sesama pemusik. Diskusi ini saling memberi masukan di antara sesama pemusik OMPS. Biasanya dalam diskusi sering juga terjadi perdebatan saling memberi saran dan saling menyalahkan merasa paling benar di antara sesama pemusik OMPS. Namun, peran Rahman sebagai pimpinan dengan santai menanggapi dan menjadi penengah selama diskusi evaluasi pemusik OMPS berlangsung. Dan tak lupa evaluasi juga membutuhkan peran seorang etnomusikolog, atau pengamat, penulis, pengkaji, seni sangat dibutuhkan untuk menceritakan kembali peristiwa pertunjukan musik OMPS bisa berupa esai, artikel, atau catatan lapangan kemudian dipublikasi pada media massa cetak ataupun online.