Rivaldi Ihsan, Ethnomusicologist dan dosen di Universitas Teknologi Sumbawa.
Beragam etnis dari kalangan kelas sosial masyarkat Batam, biasanya suka mengunjungi tempat-tempat keramaian psosial. Suara teriakan sapaan sesekali terdengar keras dan lirih, baik dari para penjual ataupun pembeli. Tujuannya hanya untuk menawarkan barang dagangan kepada para pengunjung keramaian.
Para pedagang tadi menjadi pusat perhatian saat berada di dalam keramaian. Tak heran, para pengunjung pun terkadang berhenti sejenak menoleh ke kanan ataupun ke kiri untuk sekedar melihat-lihat barang dagang sang penjual.
Dalam kehidupan sehari-hari suasana pasar sangat akrab di telinga, kita. Pertama, pasar tradisional yang sering diadakan pada tempat terbuka bisa di ruas jalan, tanah lapang, dan tentu di adakan dipemukiman desa. Sampai saat ini, pasar tradisional masih sering kita jumpai di seluruh desa yang ada di nusantara.
Contoh kecil, pada masyarakat Batak Angkola Kecamatan Saipar Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan pasar Simangambat biasanya menyebutnya poken berarti pasar tradisional yang diadakan pada hari selasa satu harian dari pagi usai solat subuh hingga menjelang magrib.
Kedua, pasar modern yang lokasinya dibuat khusus senyaman mungkin menggunakan ruangan tertutup aman dari cuaca panas dan hujan, sementara posisi pedagang telah di atur oleh pengelolah gedung. Pasar modern ini biasanya berada di kota-kota besar Indonesia. Tak heran para pengunjungnya masyarakat urban beragam multietnis masyarakat kota setempat.
Kali ini, penulis ingin bercerita pasar yang mengalami penggabungan dari dua pasar tradisional dan pasar modern, yaitu pasar kaget yang berasal dari Kota Batam. Kenapa namanya pasar kaget, sebab pasarnya diadakan secara terkejut, tiba-tiba, atau mendadak.
Pasar kaget berarti pasar yang diadakan secara tiba-tiba dengan rentan waktu dari jam 15.00 wib hingga jam 21.00 wib. Pasar kaget ini, biasanya selalu dilakukan secara berpindah-pindah tak menentu tempatnya. Namun, ada seorang koordinator yang mengurus sekaligus mengatur posisi tempat para penjual, sehingga pasar tertata rapi dan para pengunjung pun nyaman saat berkunjung.
Biasanya lahan yang digunakan untuk pasar kaget berukuranya 30 meter sementara lebar 50 meter atau bisa juga lebih. Lalu, lapangan di bagi menjadi lahan berpetak-petak berukuran 3×3 meter hingga 4×8 meter bisa memakai tenda lipat atau pun tidak. Namun, terkadang ada juga pedagang yang melapak saja, tanpa menggunakan tenda. Untuk situasi pasar terlihat jelas membaur melebur menjadi satu kesatuan di antara kelas menengah atas hingga kelas menengah bawah.
Para pedagang pasar kaget, merupakan orang-orang yang menekuni bidangnya. Mereka sudah sering berjualan berpindah-pindah mengikuti jadwal-jadwal pasar kaget yang ada di setiap wilayah Kota Batam. Tentu untuk mengetahui jadwal kapan kegiatan pasar kaget melalui interaksi sosial di antara sesama pedagang pasar kaget.
Peristiwa ini, juga terlihat dari jenis kendaraan yang digunakan mereka khusus untuk membawa barang-barang dagangan saja. Bisa berupa bentor/becak motor, mobil pick up, atau mobil-mobil yang sudah di modifikasi hanya untuk membawa barang dagang saja. Sementara dari sisi pelanggan pasar kaget ada beragam kelas sosial.
Tak heran kelas sosial menengah ke atas dan menengah ke bawah sering mengunjungi pasar kaget yang ada di Kota Batam. Mereka sangat tertarik untuk membeli barang-barang yang bermerek dengan kondisi masih layak pakai dengan harga yang miring. Barang merek ini yang paling sering dikejar oleh para pelanggan pasar kaget. Terkadang para pelanggan sabar dan tekun saat mencari barang-barang yang bermerek, serta rela menghabiskan waktu berjam-jam di pasar kaget.
Adapun tempat-tempat pasar kaget yang sering di adakan pada beberapa wilayah Kota Batam. Seperti; pasar kaget Tiban Indah, pasar kaget Putri Hijau, pasar Bengkong Laut, pasar kaget Puri Agung, pasar kaget Puskopkar, pasar kaget Kavling Sagulung Baru, pasar kaget Pluto, dan masih banyak lagi lokasi-lokasi pasar kaget lainnya yang sering diadakan oleh masyarakat Batam.
Contoh, pada pasar kaget perumahan Barelang, biasanya dimulai sejak pukul tiga sore hingga pukul delapan malam. Biasanya, masyarakat setempat belanja untuk kebutuhan sehari-hari seperti ikan, daging, sayur mayur, dan buah-buahan.
Namun, ada juga para pedagang berjualan baju-baju bekas dan jajanan-jajanan ringan. Menurut Inov, seorang pengunjung setia pasar kaget. Menurutnya, harga yang di tawarkan sangat murah sesuai dengan kebutuhan dapur terkadang lebih murah dari harga pasar pada umumnya. Selisihnya bisa 2000 rupiah hingga 3000 rupiah.
Sementara, untuk jenis pakaian harganya 50.000 rupiah untuk tiga helai kaos. Itu pun tergantung referensi kita tentang merek-merek terkenal. Semakin banyak pengetahuan tentang merek-merek itu, maka semakin mudah kita mencari barang-barang yang kita inginkan.
Begitu juga Rizki, seorang pelanggan setia pasar kaget juga merasa sangat beruntung saat belanja di situ. Sebab ada beragam pilihan dengan harga terjangkau lebih murah. Selain itu, ia juga bisa memilih beragam merek-merek pakaian terkenal dari pada membeli pakaian di mall.
Tentu harganya lebih relatif mahal, tergantung cara kita mencari dan memilih barang yang sesuai selera kita. Caranya memilih dengan melihat kondisinya. Lalu, merabanya dan tak lupa melihat merek barang itu, apakah barang itu barang yang bermerek atau tidak.
Kelebihan belanja di pasar kaget. Harga terjangkau, dapat dilakukan tawar-menawar di antara penjual dan pembeli, barang yang diperjual belikan merupakan barang bermerek terkenal, harga dapat miring, dekat dari rumah pelanggan, lalu ada beraneka ragam pilihan. Maka tak heran banyak dari masyarakat Batam sampai saat ini, masih setia mengunjungi pasar kaget.
Jika ditelisik, pasar kaget merupakan penggabungan dua budaya pasar tradisional dan pasar modern. Melalui pasar kaget, maka terwujud budaya hibriditas atau budaya urban. Hal ini dapat dilihat dari tata cara konsep pelaksanaannya mengadopsi konsep pasar tradisional yang ada di desa Indonesia. Adapun tata cara pelaksanaannya singkat, dilakukan diruangan terbuka, biasa di lapangan atau diruas jalan menggunakan tikar untuk melapak. Sementara, konsep pasar modernnya ialah barang dagang bermerek seperti pakaian, seluler, sepatu hingga perkakas rumah tangga dari negeri tetangga dengan kondisi bekas pun selalu menjadi incaran masyarakat Batam.