oleh Suradin, penulis pembelajar
Sebut saja namanya Maeta. Nama panjangnya Nely Maeta Purnawati. Saya memanggilnya ibu Maeta. Biasanya ibu Maeta saya temui ketika menyambangi kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dompu – NTB. Bagi sebagian pegawai di dinas ini, ibu Maeta salah satu orang yang sangat di hormati. Bukan saja karena umurnya yang lebih tua dari kebanyakkan pegawai yang ada, tetapi juga karena sosoknya yang selalu bersahaja.
Saya sendiri mengenal Ibu Maeta ketika bergabung dengan Disbudpar tahun lalu, 2022. Itu pun kami jarang bertemu. Karena saya sendiri ditugaskan di lapangan untuk menjaga dan merawat salah satu situs di selatan kabupaten. Namun lewat aplikasi group, kami pun terhubung. Di situ kami bisa melihat postingan yang dibagikan pegawai disbudpar, baik yang berada di lapangan maupun yang berada di kantor.
Jika sebelumnya Ibu Maeta bertugas di Dinas Kesehatan, namun sekarang dirinya telah lama mengabdikan diri menjadi bagian dari Disbudpar. Di umurnya yang ke – 56 tahun ini, ibu Maeta telah mengenyam banyak suka duka menjadi abdi negara. Baginya menjadi pegawai adalah pengabdian. Mengabdi tidak saja untuk bangsa dan negara tetapi juga untuk bumi Nggahi Rawi Pahu.
Itu saya tahu ketika suatu hari di pagi yang cerah saya berkesempatan bertemu dengan ibu Maeta di meja kerjanya. Kami sempat berdiskusi setelah saling menanyakan kabar. Pasalnya, setelah sekian purnama saya belum berkesempatan untuk bertemu dan berbincang dengannya. Dan alhamdulilah berkat rahmat tuhan yang maha kuasa, akhirnya saya pun bisa bertemu dengan senior hebat ini.
Kenapa hebat? Karena bagi saya, orang yang telah mengabdikan dirinya sekian puluhan tahun menjadi pegawai bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan komitmen yang tinggi untuk bisa menjalani aktivitas sebagai pegawai. Terlebih harus berbagi tugas sebagai ibu rumah tangga.
Dan yang menarik bagi saya, saat berbincang dengan Ibu Maeta adalah ketika ia berkisah tentang upayanya memudahkan urusan orang lain dalam segala urusan yang melibatkan dirinya. Ia kerap membantu orang lain agar keluar dari masalah yang menghinggapinya. Baginya membantu orang lain merupakan ibadah, sepanjang tidak melabrak aturan dan regulasi yang ada. Tidak saja di tempat kerja, terlebih dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Di tengah persepsi publik yang kurang bagus terhadap berbagai instansi negara karena pelayanannya yang di nilai kurang memuaskan. Akan selalu ada orang baik seperti Ibu Maeta yang bekerja dengan hati dan penuh tanggung jawab. Pengalamannya yang menggunung telah mengajarkannya banyak hal hingga sampai ketitik yang sekarang.
Perempuan yang tinggal di lingkungan Rato, Kelurahan Karijawa Kabupaten Dompu ini bisa menjadi guru bagi pegawai yang masih berusia muda. Bagi mereka yang baru mengawali karir di rimba raya instansi negara. Mereka yang masih harus belajar bagaimana seharusnya bekerja dengan penuh tanggung jawab. Mereka yang haus akan pengetahuan dan pengalaman. Pengalaman ibu Maeta bisa menjadi inspirasi bagi semesta.
Karena akan selalu ada embun-embun pengalaman yang bisa dipelajari dari orang-orang seperti ibu Maeta. Karena tidak semua orang yang bekerja di intansi negara itu hanya mengincar posisi aman. Akan selalu ada orang-orang hebat yang benar-benar mengabdi untuk kemajuan bangsa dan negara.
Dan Ibu Maeta salah satunya. Sehat selalu Ibu Maeta di usianya yang tidak muda lagi. Di ujung karir sebagai pegawai, setelah sekian purnama menorehkan ribuan kisah yang berkelindan. Karena akan selalu ada keberkahan dari setiap tindakan baik yang pernah ditorehkan.