Oleh Suradin
Kita tak harus memaksakan diri untuk di lihat hebat, lalu mengemis pujian. Kita pun tak harus memaksakan diri menjadi sesuatu hanya untuk mendapatkan perhatian sesaat dari orang lain. Hiduplah seperti yang kita inginkan. Jalanilah dengan cara-cara kita.
Jangan pernah membandingkan prosesmu dengan proses orang lain. Jangan menyiksa dirimu dengan penilaian orang lain. Karena indikator kebahagian tidak melekat pada berlimpahnya harta dan ketenaran yang disandang. Kadang kala kebahagian bisa lahir dari tindakan remeh-temeh yang berarti.
Berkumpul bersama dengan teman sejawat lalu berbagi cerita dengan diiringi tawa bersama adalah bagian dari kebahagian. Memupuk pertemanan dengan tindakan sederhana, lalu meninggalkan kesan yang mendalam juga menjadi embrio kebahagian yang patut di syukuri. Rayakanlah itu dengan hati riang gembira. Karena hidup tidak hanya menanggung segala kekalutan, tetapi juga harus disirami dengan embun-embun kebahagian.
Tak penting seberapa tajam penilaian orang. Seberapa sering diomongkan. Bahkan sesering apa kita digunjingkan. Karena kita memiliki hak untuk bahagia. Untuk menikmati sesuatu yang tuhan titipkan untuk kita hambanya. Karena semua pilihan yang kita ambil akan menjadi tanggung jawab masing-masing.
Ketika matahari tepat di atas kepala, kami memutuskan untuk menentukan titip kumpul. Menunaikan janji yang pernah terungkap. Menyusuri jalan aspal hitam dengan mengendarai roda untuk sampai di tujuan. Desa Jala di bagian utara adalah tempat yang akan kami sambangi. Di sebuah rumah teman yang telah menyanggupi sebagai tempat acara.
Ini bagian dari cara kami memupuk kenangan yang pernah berserak setelah sekian tahun usai menamatkan sekolah. Dengan ini pula kami bisa kembali bersenda gurau dengan teman sejawat. Menyiramnya dengan jalan silaturahmi yang kelak menjadi bagian dari patahan kisah yang patut untuk di kenang kembali.
Perjumpaan dengan teman lama akan menghadirkan kehangatan. Ada masa silam yang bisa diwartakan, lalu tertawa lepas ke udara. Sungguh beruntung bisa kembali bersua, walau kadang tidak mudah untuk mewujudkannya. Semua butuh momen yang tepat untuk kembali berjumpa dengan teman-teman lama. Teman sesama angkatan yang kini sudah mendapat predikat alumni.
Di Desa Jala. Sebuah desa pesisir yang masyarakatnya bersemai hidup dengan lautan. Di rumah teman yang kini berdomisili di tengah-tengah rumah yang mulai padat dengan penduduknya, di situlah kami bertemu lalu membuat acara untuk menghangatkan silaturahmi. Sebut saja nama teman itu Sri Rahmawati. Ia hidup sederhana dengan keluarga kecilnya yang suaminya sebagai pelaut.
Kedatangan kami disambut dengan antusias. Senyum merekah tampak diwajahnya ketika kami turun dari motor. Bahkan sebelum kami datang, dirinya dengan senang hati mengirim foto berbagai jenis ikan untuk dimakan saat pertemuan nanti. Ia tak sedikit pun keberataan jika banyak teman-temannya yang datang. Bahkan ia dan keluarganya sangat senang jika teman sesama alumni bisa merawat kembali kebersamaan di rumahnya.
Walau hanya sebagian kecil yang datang, tapi tak sedikit pun mengurangi makna pertemuan ini. Kami tahu sebagian besar teman-teman yang lain masih terjebak dengan ragam rutinitas, bahkan sebagiannya masih merawat impian di negeri orang. Terus melangitkan impian untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Mereka orang hebat dengan bernyali tinggi menantang nasib di negeri terjauh. Pada teman-teman itu, kami menyatakan kebanggaan.
Di sini kami hanya menaruh harap semua akan baik-baik saja. Di sini pula kami sedang menyulam kehangatan sebagai sesama alumni agar tetap terpeliharanya persahabatan yang pernah kita pahat di masa lalu. Menyiramnya dengan jalan silaturahmi walau hanya sesaat, namun meninggalkan kesan bagi semua yang hadir.
Pertemuan hari ini seolah ingin menegaskan pada semesta, bahwa bisa saja kami sedang berpijak di semua tempat. Tinggal dimana pun yang nasib tentukan. Tapi ada saat dimana kami melepas rindu untuk sebuah perjumpaan pada teman-teman baik yang selalu pantas untuk dirindukan.
Karena sesungguhnya, nggak ada loe nggak rame. Karena apa pun makanannya, minumannya tetap air putih. Sebab makan nggak makan yang penting kumpul. Sepakat?