Jakarta – Kongres IX Solidaritas Perempuan yang dilaksanakan pada 1 – 7 Agustus 2023 di Kota Bandar Lampung berhasil memilih dan menetapkan pengurus baru periode 2023 – 2027, yakni Badan Eksekutif Nasional (BEN) yang terdiri dari ketua, koordinator program, dan bendahara serta Dewan Pengawas Nasional (DPN).
Adapun pengurus dari unsur BEN yang terpilih adalah Armayanti Sanusi pada posisi ketua, Andriyeni pada posisi koordinator program, dan Nur Asiah pada posisi bendahara. Ketiganya merupakan aktivis perempuan yang konsisten berada pada garis depan perjuangan pembelaan terhadap hak asasi manusia, terutama hak-hak Perempuan, yang memulai perjuangannya dari tingkat daerah hingga nasional.
“Perjuangan Solidaritas Perempuan bersama perempuan marginal untuk memutus rantai penindasan dan pemiskinan, harus menjadi agenda gerakan sosial lainnya. Harus juga menjadi agenda negara. Karena perempuan tidak semata-mata berjuang untuk dirinya, tetapi juga ada masa depan setiap entitas di dalamnya,” ungkap Armayanti Sanusi dalam pidato pertamanya sebagai ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan pada senin (7/8) lalu.
Kongres IX Solidaritas Perempuan di Lampung juga berhasil menghasilkan gagasan-gagasan perubahan dan menyepakati mandat untuk memperkuat gerakan perempuan dalam melawan sistem patriarki yang termanifestasi dalam kehidupan sosial, budaya, politik, dan ekonomi sehingga perempuan kerap berada pada posisi yang dipinggirkan dan tidak diuntungkan.
Tidak saja memilih dan menetapkan pengurus baru untuk periode 2023-2027 serta menyepakati mandat organisasi, Kongres tersebut juga berhasil mengukuhkan komunitas Solidaritas Perempuan Flobamoratas, Nusa Tenggara Timur sebagai upaya memperluas gerakan perempuan dan pencapaian visi misi Solidaritas Perempuan.
“Tentunya perluasan gerakan perempuan ini, menjadi harapan dan semangat untuk terus memperkuat dan memperluas gerakan perempuan dalam melawan sistem partiarki yang menindas dan menghancurkan lingkungan, merampas kedaulatan perempuan atas hidup dan sumber kehidupannya,” tutup Armayanti Sanusi.
Kongres Solidaritas Perempuan merupakan agenda empat tahunan yang diselenggarakan sebagai pelaksana kedaulatan anggota di mana anggota melakukan musyawarah untuk merefleksikan kerja-kerja dalam satu periode kepengurusan dan bermufakat dalam menentukan arah gerak organisasi untuk pemajuan gerakan perempuan dari tingkat daerah, nasional, hingga global.
Sejak berdiri pada 10 Desember 1990, Solidaritas Perempuan telah berhasil melaksanakan sembilan kali kongres. Pada kongresnya yang kesembilan ini, setidaknya, 436 anggota Solidaritas Perempuan di seluruh Indonesia hadir, baik langsung maupun tidak langsung.