SURADIN
Sang Penulis Jalanan
Apa pentingnya kuliah di era modern seperti sekarang ini. Semua materi sudah dapat di akses melalui internet. Lagi pula mbak google benar-benar baik hati memberi jawaban atas apa yang ditanyakan. Tinggal menggerakan jari lalu mengetik di layar handphone dan laptop maka akan tersaji dengan gamblang materi yang diinginkan. Kemudian dibaca dengan saksama dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tak perlu mendengarkan dosen berceloteh di depan kelas.
Jika orentasi kuliah hanya ingin mendapatkan pekerjaan, maka sebaiknya tidak perlu menginjakkan kaki di perguruan tinggi. Urungkan saja niatnya. Apa lagi tempat kuliahnya hanya di daerah yang belum tentu memiliki fasilitas yang memadai untuk menunjang bakat dan minat mahasiswanya. Ini patut disayangkan, karena hanya menghabiskan uang dan waktu saja.
Ingat, mencari uang bukan hal yang mudah. Apa lagi untuk membiayai perkuliahan yang bertahun-tahun lamanya. Toh, pada akhirnya setelah menamatkan studi, belum tentu ada jaminan bisa langsung kerja. Karena tidak sedikit lulusan perguruan tinggi yang hanya menambah daftar pengangguran di negeri ini karena tidak siap bersaing dan bahkan tidak dibutuhkan oleh perusahaan dan instansi terkait.
Mereka tidak terserap oleh lapangan kerja. Bahkan sebagian di antaranya bingung, mau hendak kemana walau sudah mengantongi ijasah di tangan. Mereka lupa bahwa di luar perguruan tinggi situasinya lebih kompetitif. Sementara di dunia kampus, mahasiswa lebih banyak di suapi dengan konsep dan teori. Sementara di dunia kerja, transkip nilai tidak selalu menjadi indikator untuk kompetensi seseorang.
Mirisnya lagi, jika yang kuliah adalah mereka yang berasal dari keluarga yang sederhana. Yang orang tuanya banting tulang untuk mencarikan uang untuk membayar kuliah anaknya. Padahal mereka tidak tahu, bahwa setelah anaknya lulus nanti tidak ada jaminan langsung sukses. Langsung menjadi orang yang terpandang dan di hormati oleh banyak orang. Mereka menganggap dengan mengkuliahkan anaknya, maka akan bisa merubah nasib keluarga di tengah himpitan ekonomi yang menjerat setiap saat.
Mungkin banyak yang tidak tahu bahwa apa yang dipelajari di bangku perkuliahan tidak selamanya memiliki relevansi dengan dunia kerja. Bahkan ada jarak yang menganga antar suapan materi yang disampaikan oleh dosen dengan kenyataan riil yang di rasakan ketika usai menyelesaikan studi. Jika demikian, lalu apa pentingnya kuliah kalau toh pada akhirnya tidak mampu mensejahterakan hidup.
Jangan samakan kuliah dengan mencari ilmu dan pengalaman. Sebab, mencari ilmu dan pengalaman tidak harus duduk di bangku perkuliahan. Di manapun seseorang bisa mendapatkan ilmu dan pengalaman. Bahkan dengan pengalaman, seseorang bisa menjadi ahli di bidang tertentu jika di geluti dengan serius dan konsisten. Sehingga tidak perlu heran ada banyak lulusan perguruan tinggi yang terpaksa kerja serabutan demi menunjang ekonomi keluarganya walau dirinya memiliki indeks prestasi komulatif (IPK) yang tinggi.
Bukankah banyak orang yang ingin kuliah agar kelak memudahkannya mendapatkan pekerjaan. Kalau demikian motivasinya, lebih baik langsung cari kerja saja dari pada menghabiskan banyak uang dan waktu hanya ingin mendapatkan pekerjaan setelah selesai kuliah. Lebih baik mendalami satu keterampilan atau skill, lalu menjadi ahli di bidang itu, maka kelak akan banyak di cari orang. Bahkan uang begitu mudah didapatkan.
Hidup harus realistis. Tak perlu berangan-angan terlampau tinggi seperti teori kuliahan. Sebab teori nggak bisa dimakan. Maka jangan heran, sebagian dari mereka yang merasa hebat di dunia kampus dengan retorika yang melangit, namun ketika keluar kampus dan berada di tengah masyarakat juga tidak bisa berbuat apa-apa. Masyarakat tidak butuh teori, tapi butuh solusi atas persoalan yang dialaminya.
Terkecuali motivasi kuliah hanya ingin mendapatkan gelar, agar kelat di sebut sebagai orang yang terdidik. Di hargai banyak orang dengan gelar yang mentereng. Di hormati, lalu merasa terhormat karena duduk di depan kala menghadiri hajatan di kampung. Merasa bangga ketika gelarnya tertulis di undangan. Lalu merasa diri hebat ketika mampu menyampaikan gagasan dengan pilihan diksi yang tidak semua orang paham dengan maksudnya.
Banyak bukti orang bisa sukses tanpa harus kuliah terlebih dahulu. Mereka bukan tidak memiliki uang lebih agar bisa mengakses perguruaan tinggi ternama. Tapi, jika di hitung secara ekonomi, lebih baik uang bisa dialokasikan untuk membuka usaha. Lalu dengan hasil usaha tersebut sebagiannya bisa disumbangkan ke rumah ibadah, panti asuhan serta orang-orang yang layak dibantu.
Merdekalah dalam berpikir. Jangan ikut-ikutan. Kalau orang lain kuliah, kita tidak harus ikut kuliah. Tak perlu malu hanya karena tidak memiliki gelar. Gelar tidak bisa dimakan. Bahkan gelar tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya penambah huruf nama dalam undangan. Bukankah penghasilan tukang parkir lebih besar dari guru bahkan dosen. Mereka tidak memiliki keterampilan khusus saja bisa mendapatkan penghasilan yang cukup untuk menunjang ekonomi keluarganya.
Apa lagi yang memiliki skill, seperti membuat konten kreatif, montir motor, welder serta keterampilan lainnya. Semua itu bisa dipelajari dan diajari kepada siapa pun, tanpa harus kuliah terlebih dahulu. Jadi keliru jika berpandangan mereka yang pernah menimba ilmu di perguruan tinggi lebih pintar dari mereka yang hanya mendapatkan pengetahuan dan pengalaman di luar. Pengetahuan tidak bisa kanalisasi, antara yang pernah kuliah dan yang tidak kuliah. Sebab, pengetahuan tidak terikat pada lembaga dan instansi tertentu.
Ingat, kuliah tidak selamanya penting jika motivasinya kelak agar bisa mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Bisa merubah nasib atau mengangkat derajat seseorang dalam lapisan sosial kemasyarakatan. Dunia tidak akan kiamat hanya karena tidak bisa mengeyam pendidikan di perguruan tinggi. Tak perlu kecewa, apa lagi sampai nangis nendang-nendang tanah hingga menyeka air mata dengan handuk. Semua belum berakhir, walau awal akan pasti ada akhirnya.
Tetap semangat, kalau kuliah ingin merambah dunia teori yang melangit, maka lanjutkan. Mungkin di sana menemukan apa yang dicari. Tapi jika berpikir realistik dan sedikit materialistik, maka sebaiknya ambil pilihan untuk mendalami kompotensi tertentu agar memiliki skill dan di butuhkan oleh dunia kerja.
Kuliah tidak selamanya salah dan tidak kuliah pun juga bukanlah sebuah kesalahan.