Mataram, Fokus NTB – Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan, peran hutan tropika tidak hanya menyerap dan menyimpan karbon akan tetapi juga sebagai penyangga kehidupan manusia untuk menambah daya tahan terhadap risiko perubahan iklim saat ini dan yang akan datang.
“Karena itu peran hutan dalam penanganan perubahan iklim sangat krusial. Hal yang kurang mendapat perhatian publik adalah besarnya kemampuan hutan dalam menyerap karbon,” katanya pada Rapat Kerja Nasional Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan, FAO telah memprediksi bahwa hutan global dapat menyerap karbon sebesar 2,6 giga ton per tahun. Hutan juga sebagai tempat penyimpanan karbon raksasa yang menurut prediksi sebesar 1.650 giga ton.
Jumlah ini, menurut Zulkifli, diperkirakan sebesar dua kali besarnya karbon yang ada di atmosfer. Terkait dengan emisi, karbon yang tersimpan di dalam hutan dapat lepas ke atmosfer dalam bentuk emisi CO2 akibat adanya deforestasi dan kerusakan hutan.
Zulikifli mengatakan, para pakar menyimpulkan bahwa proses deforestasi yang dialami oleh hutan tropika sangat cepat serta menghasilkan emisi CO2 lebih besar dibandingkan dengan hutan “temperate” di dunia.
“Oleh karena itu kunci masalah yang kita hadapi bersama adalah bagaimana mengenali dan mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan deforestasi dan kerusakan hutan secara berlanjut,” katanya.
Ia mengatakan, apabila kompleksitas masalah tersebut dihubungkan dengan pentingnya keberadaan hutan sebagai penyeimbang iklim dunia, maka dibutuhkan komitmen yang utuh dari semua pemangku kepentingan agar deforestasi dan kerusakan hutan dapat dikurangi atau dihentikan.
“Saya berpandangan bahwa upaya mitigasi berupa penanaman pohon (reboisasi) merupakan upaya yang bijak dan sejalan dengan nilai-nilai pembentukan karakter bangsa terutama dalam konteks membangun jiwa persatuan yang mencakup peningkatan pembinaan bangsa di semua bidang kehidupan,” kata Zulkifli.
Selain itu, katanya, pengetahuan tentang isi hutan dan kegunaannya belum sepenuhnya mampu diungkapkan. Pengelolaan hutan masih terfokus pada kayu dan sebagian kecil nonkayu, padahal masih banyak manfaat lain yang nilainya jauh lebih besar.
Fungsi hutan itu, katanya, antara lain pemanfaatan kondisi lingkungan dan tumbuhan serta satwa liar.
“Akhir-akhir ini kita dihadapkan kepada masalah global yang akan berdampak luas terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu perubahan iklim global. Indonesia ikut menandatangani Konvensi tentang Perubahan Iklim di KTT Rio di Brazil pada 1992.
“Karena Indonesia menyadari bahwa dampak dari perubahan iklim sangat mempengaruhi kehidupan bangsa-bangsa di dunia dan keberadaan negara kepulauan, maka keberadaan sumber daya hutan Indonesia menjadi sangat strategis dalam mengendalikan perubahan iklim global,” ujarnya. (Ant)